KUNJUNGI WEB SAYA

Rumah Asal Jokowi Tidak di Gusur, Menguak Latar Belakang Jokowi

Rumah Asal Jokowi Tidak di Gusur, Menguak Latar Belakang Jokowi
Berita Metrotv memang busuk,,, Selalu mendewakan Jokowi...
image
Keberangkatan tim investigasi dalam rangka mencari jati diri Joko Widodo yang sebenarnya sengaja dirahasiakan demi alasan keamanan anggota tim dan mencegah antisipasi dari pihak – pihak yang berada di balik rekayasa pembentukan citra palsu tentang Joko Widodo atau Jokowi.

Rumah Asal Jokowi Tidak di Gusur, Menguak Latar Belakang Jokowi

Rekayasa pembentukan citra palsu terkait Jokowi sudah dilakukan secara intensif sejak Jokowi menjabat walikota Solo tahun 2005 lalu. Jokowi mendapat kompensasi besar dari pihak tertentu atas ‘bantuannya’ terhadap operasi pemberantasan ‘terorisme’ di Solo yang dilancarkan secara rahasia oleh intelejen AS dan oknum intelijen Indonesia.
Solo atau Surakarta dijadikan sebagai pusat medan perang pemberantasan terorisme oleh pihak intelijen AS semata – mata hanya berdasarkan kesaksian Hambali, tokoh terorisme yang ditahan AS di Guantanamo, saat dalam tekanan penyiksaan brutal pihak AS, menyebut Pesantren Ngruki di bawah pimpinan Ustad Abu Bakar Baasyir sebagai pusat terorisme Indonesia. Jokowi sebagai walikota Solo berperan membantu misi intelijen AS tersebut.
Pada tahun 2008, Jenderal Luhut Panjaitan sepakat ‘bermitra usaha’ dengan Jokowi melalui patungan pendirian PT Rakabu Sejahtera. Luhut selaku pemegang saham minoritas menyetor modal Rp. 15.5 miliar dan Gibran Rakabuming (anak tertua Jokowi, berusia 20 tahun pada 2008 lalu) menyetor Rp. 16.2 miliar. Luhut masuk sebagai pemegang saham di perusahaan milik Jokowi itu melalui PT. Toba Sejahtera, Induk grup usaha milik Luhut. Apa hidden agenda Luhut Panjaitan mendekati Jokowi sejak 6 tahun lalu itu ? Nanti kami sampaikan temuan – temuan tim investigasi.
Begitu tiba di bandara Adi Soemarno Solo, tim langsung memesan taksi menuju Bantaran Kali Pepe, Munggung, Manahan Solo yang selalu disebut – sebut dalam daftar riwayat hidup Joko Widodo sebagai rumah pertama keluarga Joko Widodo yang jadi korban penggusuran.
Perjalanan dari Bandara Adi Soemarno ke Bantaran Kali Pepe, Munggung Manahan Solo sekitar 38 menit. Setiba di di Bantaran Kali Pepe, tim langsung bertanya – tanya kepada warga setempat mengenai lokasi rumah pertama Joko Widodo yang selalu dicantumkan di riwayat hidup Joko Widodo menjadi korban penggusuran pertama oleh Pemda Surakarta. Dari belasan warga Bantaran Kali Pepe, tidak seorang pun warga yang mengetahui lokasi rumah pertama orang tua Joko Widodo. Bahkan semua warga di sana tidak yakin keluarga Joko Widodo pernah bertempat di Bantaran Kali Pepe, Manahan, Banjarsari, Surakarta.
Setelah hampir 1 jam bertanya – tanya, akhirnya tim investigasi disarankan menjumpai seorang warga Bantaran Kali Pepe yang merupakan teman kecil Iriana, istri Joko Widodo.
Yuli Susanto, itulah nama warga Bantaran Kali Pepe yang merupakan teman masa kecil Iriana. Rumahnya tidak jauh, sekitar 200 meter dari mulut gang jalan masuk menuju bantaran kali. Sampai rumah dimaksud, tim disambut hangat oleh Pak Yuli dan istrinya. Anak – anak mereka sedang berada di luar, mengikuti ibadah kebaktian Minggu.
Setelah memperkenalkan diri, tim langsung menanyakan kebenaran informasi rumah pertama orang tua Jokowi yang disebutkan beralamat di Bantaran Kali Pepe. Yuli Susanto, pria berusia hampir 50 tahun itu mengatakan tidak benar orang tua Joko Widodo pernah tinggal di sekitar Bantaran Kali Pepe. Yuli mengenal Joko Widodo selama puluhan tahun, sejak Jokowi bersekolah dasar di SD 111 Tirtoyoso, Manahan, Solo.
Berdasarkan keterangan Yuli Susanto, orang tua Joko Widodo bertempat tinggal di Jalan Ahmad Yani persis di depan Pool Bus Damri. Tetapi rumah itu sekarang tidak lagi ditempati oleh keluarga Joko Widodo. Yuli menambahkan, semasa kecil Joko Widodo selalu main di rumah paklek (adik bapaknya) yang bernama Miyono, seorang pengusaha mebel yang rumahnya juga berada persis di pinggir jalan Ahmad Yani. Miyono menjalankan perusahaan mebelnya bernama CV Roda Jati.
Mengenai siapa kedua orang tua Jokowi, Yuli Susanto mengaku tidak mengetahui persis. Tetapi dia mengaku kenal baik dengan keluarga istri Jokowi, karena Iriana atau Ana adalah teman sebaya dan sepermainan. Ayah kandung Iriana adalah seorang guru SMA. Iriana atau Ana memiliki 4 orang saudara, masing – masing bernama : Anik, Anto, Andi dan Anjas.
Mengenai kehidupan Joko Widodo semasa kecil, Yuli Susanto mengatakan Jokowi adalah anak orang berada karena ayah dan pakleknya adalah pengusaha mebel terkemuka di daerah itu. Jokowi sering datang bermain ke rumah pamannya itu dengan bersepeda. Pada masa itu sepeda untuk anak – anak adalah barang mewah dan hanya dimiliki oleh anak orang kaya saja.
Masa kecil Jokowi, memang jarang terlihat di sekitar rumahnya, dia lebih suka bermain di sekitar rumah pakleknya (pamannya) di pertigaan Jalan Ahmad Yani dan MT Haryono. Keengganan Jokowi kecil bergaul bersama anak sebaya di sekitar rumahnya, karena dia kurang suka pada teman – teman sebaya tetangganya yang selalu memanggilnya “Joko Klemer”.
image
Ejekan “Joko Klemer” diberikan teman – temannya karena penampilan Jokowi yang kayak perempuan atau kebanci – bancian. Perilaku ‘agak menyimpang’ dari Jokowi ini dapat dimaklumi karena semua adik Jokowi adalah perempuan. Masing – masing bernama Iit Sriyanti, Hidayati dan Titik Ritawati. Ketiga adik perempuannya ini menjadi teman seharian Jokowi semasa kecil hingga remaja di Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta.
Karena ejekan “Joko Klemer” dari teman sebaya dan tetangganya itu, Jokowi atau Mas Joko jarang sekali bergaul di lingkungan tempat tinggalnya RT 03/14 dan lebih sering bermain di rumah Miyono pamannya di Jalan Ahmad Yani persis simpang jalan MT Haryono, Surakarta (Solo).
Tim Investigasi mohon pamit pada Pak Yuli Susanto setelah berbincang – bincang seputar diri Jokowi dan istrinya Iriana. Pak Yuli menawarkan diri mengantar kami ke rumah Jokowi yang berjarak hanya ratusan meter dari rumah Pak Yuli yang di gang bantaran kali Pepe, Munggung itu. Tawaran itu ditolak halus oleh tim, keterangan dari Pak Yuli Susanto sudah cukup jelas sebagai pedoman untuk mencari rumah Pak Widjiatno, ayah kandung Joko Widodo. Pak Yuli sebelumnya juga sudah berbaik hati menggambar denah lokasi rumah Widjiatno. Coretan itu disimpan tim, sekedar berjaga – jaga untuk dipergunakan bilamana perlu.
Meski menolak tawaran Pak Yuli mengantar ke rumah asal muasal dan tempat Joko Widodo dibesarkan, tim tak kuasa menampik ketika Yuli turut mengantar tim menyusuri gang keluar dari pinggiran bantaran kali Pepe, berbelok ke kiri hingga sampai di mulut gang simpang jalan Ahmad Yani. Dari depan mulut gang bantaran kali Pepe itu, persis di seberang jalan itu tampak rumah kediamanan Miyono, pengusaha Meubel pemilik CV Roda Jati, paklek atau adik almarhum Widjiatno ayah kandung Joko Widodo.
image
Rumah Miyono terlihat menonjol dibandingkan rumah – rumah lain di sekitarnya. Rumah berwarna krim itu sangat besar dan tertutup tembok cukup tinggi yang menjadi penghalang pihak luar untuk melihat ke sisi dalam rumah. Tim investigasi menyeberangi jalan Ahmad Yani untuk mendekati rumah dan mengintip ke dalam halaman rumah yang cukup luas itu. Terlihat 4 (empat) mobil mewah berada di garasi mobil yang dibangun di sisi kanan halaman rumah.
Di sebelah kanan rumah itu, terdapat sebuah rumah yang dibatasi tembok tunggal dan pagar yang sama model bentuk dan warna catnya dengan rumah Miyono. Menurut pedagang warung kopi di seberang jalan depan rumah Wiyono, pemilik rumah yang berdempetan dengan rumah besar Miyono itu, juga adalah milik keluarga Miyono. Kemungkinan rumah itu milik anak Miyono yang sudah berkeluarga, mengingat bentuk rumah, pagar dan catnya semua sama dengan rumah Miyono. Rumah sebelah itu luasnya sekitar tiga perempat luas rumah Miyono dan di depan rumah terpampang plank 1 x 1/2 meter bertulisan “Menjual Berbagai Jenis Oleh – Oleh Dari Tanah Suci – Mekah”.
Tim investigasi mencoba menengok ke sisi dalam kedua rumah yang mirip bentuk, model dan warna catnya itu. Sepi. Tidak terlihat seorang pun di dalam ke dua rumah itu. Hanya jejeran mobil mewah parkir di garasi halaman rumah. Menurut, penjual warung kopi di seberang jalan rumah, sebulan terakhir ini penghuni rumah jarang terlihat di dalam rumah. Hanya petugas pengamanan berseragam yang sesekali terlihat berada di dalam pos penjagaan yang terletak di sisi kiri rumah utama, persis di bagian depan dalam pintu masuk rumah.
Rencana tim investigasi masuk ke dalam rumah Miyono yang terletak persis di pertigaan Jalan Ahmad Yani – MT Haryono itu kandas karena tak seorang pun dapat dimohonkan izinnya dan tak terlihat tanda – tanda penghuni bangunan besar yang cukup mewah itu ada di dalam rumah.
Dengan menumpang kembali taksi bandara yang masih setia menunggu, dari depan rumah Miyono, tim bergerak meluncur ke rumah Widjiatno di kawasan Tirtoyoso, Manahan. Sesuai petunjuk Pak Yuli, rumah itu berada di sebelah kiri jalan Ahmad Yani. Setelah melewati dua pertigaan kecil, tim investigas tiba di pertigaan jalan persis di depan Pool Bus Damri. Tim meminta supir berbelok ke kiri jalan yang menuju ke arah stadion Manahan Solo itu. Seratus meter dari pertigaan jalan masuk tadi, ada persimpang tiga lagi. Kami turun dari taksi dan berjalan kaki menelusuri satu per satu rumah di sekitar itu sembari mencari – cari warga yang dapat diminta informasinya mengenai rumah keluarga Widjiatno, ayah kandung mantan walikota Solo, Joko Widodo.
Sasaran atau target utama tim investigasi adalah warga Tirtoyoso yang berusia di atas 50 tahun, yang potensial merupakan bekas teman sepermainan Jokowi dan atau mengenal persis siapa dan bagaimana Jokowi sewaktu belia. Melalui penjaga warung kecil di depan salah satu rumah warga, kami mendapat informasi rumah lama keluarga Widjiatno persis di belakang salah satu rumah warga yang saat itu terlihat ramai karena sedang berlangsung acara ibadah kebaktian Minggu. Kami segera mendatangi rumah warga yang hanya berjarak 30 meter dari warung kecil itu.
Kebetulan acara ibadah Kebaktian Minggu sudah selesai dan suasana di dalam rumah terdengar riuh dengan suara tawa dan perbincangan jamamaah. Setelah mengucapkan salam dan menyapa sebagian tamu yang duduk di teras depan rumah itu, kami dipersilahkan masuk ke halaman rumah dan dipersilahkan dengan hangat duduk di teras oleh tuan rumah, seorang ibu lewat paruh baya yang berusia sekitar 50 tahun. Setelah berbasa basi sebentar, kami bertanya tentang lokasi rumah Pak Widjiatno, ayah kandung Gubernur DKI Jakarta, yang sekarang sedang mencalonkan diri jadi presiden Indonesia.
Dari keterangan Ibu Soenarso, tuan rumah acara kebaktian itu, kami mendapatkan informasi bahwa rumah keluarga Joko Widodo persis berada di belakang rumahnya. Sisi belakang rumah keluarga Sunarso itu berdempetan dengan sisi belakang rumah keluarga Widjiatno yang menghadap ke jalan besar atau jalan raya Ahmad Yani.
Menurut Bu Sunarso dan para tamu yang hadir di rumah itu, keluarga Widjiatno sudah cukup lama tidak menempati rumah miliknya karena sudah pindah ke daerah Sumber, yang berlokasi cukup jauh, sekitar 4 kilometer dari rumah pertama mereka. Rumah keluarga almarhum Widjiatno itu sekarang dihuni oleh orang lain yang diduga masih merupakan kerabat dan ditugaskan khusus untuk menjaga rumah itu.
Salah seorang tamu di rumah Keluarga Soenarso, yang bernama Pak Wiyono mengaku mengenal baik almarhum Widjiatno, ayah kandung Jokowi. Pak Wiyono yang berusia 78 tahun itu adalah tetangga dekat eyang atau kakek kandung Jokowi yang merupakan lurah di Kragan, Karanganyar, Surakarta.
Dari keterangan Wiyono, tim mendapat informasi bahwa kakek Jokowi dijuluki “Lurah Dongkol” karena menjabat sebagai lurah selama puluhan tahun dan tidak pernah diganti hingga meninggal dunia. Wiyono mengenal baik ayah kandung Jokowi hingga sekitar tahun 1980an. Dia jarang bertemu ayah kandung Jokowi itu sejak Widjiatno pindah dari rumah ayahnya di Kragan, ke rumah barunya di Tirtoyoso, Manahan Solo.
Tim investigasi sayangnya tidak bisa lama berbincang dengan Pak Wiyono karena terus didesak oleh Bu Soenarso untuk segera menjumpai Pak Margono, mantan ketua RT 03 yang sejak tahun 1990 hingga sekarang menjabat selaku ketua RW 14, Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta. Menurut Bu Soenarso, Pak Margono adalah orang yang paling tahu dan mengenal keluarga Widjiatno dan Jokowi karena sejak tahun 1977, Margono sudah menjadi warga RT 03 dan menjabat Ketua RT sejak tahun 1983.
image
Pak Margono, sesepuh warga Tirtoyoso, mantan ketua RT 03/14 dan sekarang menjabat ketua RW 14 Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta.
Setiba di depan rumah tinggal Pak Margono, tim mengucapkan salam dan menyerukan nama Pak Margono. Rumah berpagar besi cat hijau itu terlihat sepi. Pintu pagar tergembok, namun pintu dan jendela rumahnya terbuka, menandakan ada penghuni di dalamnya.
Sekitar du menit menunggu, muncul keluar seorang tua dengan senyum ramah mempersilahkan masuk sembari bergegas membuka gembok pagar rumah. Kami pun kemudian masuk dan dipersilahkan duduk di kursi di teras rumah Ketua RW itu. Pak Margono menjelaskan rumahnya terlihat sepi karena anak – anaknya sudah berkeluarga dan pindah ke kota lain.
Setelah memperkenalkan diri, tim mulai bertanya dan mengorek informasi tentang keluarga almarhum Widjiatno dan fakta – fakta seputar kehidupan Joko Widodo alias Jokowi.
Pak Margono menjelaskan bahwa tim kami ini adalah tamu kedua yang mendatangi rumahnya dan bertanya – tanya tentang keluarga besar Jokowi. Sebelum kami, Pak Margono dikunjungi wartawan dari Solopos. Beliau menyatakan keheranannya kenapa informasi atau berita yang beredar tentang diri Jokowi dan keluarganya sama sekali berbeda dengan kenyataan sebenarnya.
Pak Margono adalah pensiunan guru PNS. Dia dan keluarga pindah, menjadi warga RT 03/RW 014 Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta (Solo) sejak tahun 1977. Dia mengenal baik hampir semua warganya, termasuk Jokowi yang terakhir datang ke rumahnya sekitar setahun lalu dalam rangka meminta surat pengantar Ketua RW untuk suatu keperluar Gibran Rakabuming, anak tertua Jokowi.
Tim investigasi memulai pertanyaan dengan meminta konfirmasi apakah benar rumah di Jalan Ahmad Yani, persis di depan pool bus Damri adalah rumah alm Widjiatno, ayah kandung Joko Widodo. Pak Margono membenarkan informasi itu dan menegaskan bahwa hingga sekarang ini, rumah itu tetap masih merupakan rumah milik keluarga besar Joko Widodo.
Ketua RW 14 Manahan Solo itu, membantah jika disebutkan rumah alm Widjiatno itu telan dijual. Menurutnya, jika rumah itu sudah dijual, tentu sebagai Ketua RW, pihaknya mengetahui secara pasti. Mengingat setiap transaksi jual beli rumah harus melampirkan surat keterangan dari Ketua RW setempat. Menurut beliau, rumah bekas kediaman keluarga Jokowi itu sekarang ditempati oleh orang lain, diduga masih merupakan kerabat keluarga Jokowi.
Pak Margono menegaskan bahwa Joko Widodo tidak pernah memiliki nama kecil Mulyono atau Mulyatno. Dari dulu nama Joko Widodo adalah Joko Widodo, biasa dipanggil Mas Joko.
Mengenai agama Joko Widodo dan keluarganya, sesuai catatan RT dan RW serta KTP yang diterbitkan kelurahan Manahan, kecamatan Banjarsari, Surakarta, agama Joko Widodo adalah Islam. Meski begitu, Pak Margono mengaku seumur hidupnya selama tinggal di Tirtoyoso, Manahan, Joko Widodo tidak pernah terlihatnya mengerjakan Shalat sebagaimana lazimnya umat islam.
Keterangan Margono dan tetangga Jokowi itu menjawab pertanyaan besar mengenai agama Jokowi selama ini. Jokowi beragama Islam tapi dipastikan baru akhir – akhir ini dia mengerjakan shalat. Terbukti dengan ketidakpahaman Jokowi mengenai tata cara bersuci (berwudhu) dan tata cara shalat berjamaah.
Ketika sedang kampanye pilkada DKI Jakarta tahun 2012 lalu, Jokowi sempat diberitakan berbagai media salah dalam melaksanakan wudhu ketika hendak shalat Jumat di sebuah mesjid kelurahan Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, di mana setelah membasuh muka, Jokowi langsung membasuh kaki.
Demikian juga ketika Jokowi menjadi imam dalam shalat zuhur berjamaah, Jokowi menjaharkan (mengeraskan suara) ketika membaca surat al fatihah. Disangkanya, adab shalat zuhur sama dengan shalat Jumat.
Sebuah pernyataan menggelikan juga dilontarkan Jokowi ketika diminta untuk jadi imam shalat berjamaah bersama Jusuf Kalla minggu lalu. Jokowi yang diminta jadi imam oleh Jusuf Kalla, menjawab, ” Saya kira Pak JK tadi berwudhu”. Pernyataan Jokowi itu sempat membingungkan JK dan orang – orang yang mendengarnya.
Jokowi atau Mas Joko juga sangat jarang bergaul dengan tetangga atau bermain dengan teman – teman sebayanya di sekitar rumah tinggalnya. Joko tidak pernah ikut terlibat dalam kegiatan remaja, Karang Taruna dan kegiatan – kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya di kawasan Tirtoyoso, Manahan.
Ketika ditanya pendapat beliau, kenapa atau apa kira – kira yang menjadi alasan Joko enggan bergaul dengan tetangga sekitarnya, Pak Margono menjawab dirinya tidak tahu persis.
“Saya tidak tahu persis kenapa. Setahu saya, Joko itu anak rumahan. Kegiatan masa remaja mas Joko hanya di rumah dan sekolah. Joko lebih sering terlihat bermain – main dengan adik – adinya yang semuanya wanita,” jelas Margono kepada tim investigasi pada hari Minggu 25 Mei 2014 lalu.
Mengenai tudingan bahwa Joko Widodo itu keturunan cina, dibantah oleh Pak Margono. “Itu tidak benar. Almarhum Widjiatno atau sekarang disebut orang sudah diganti dengan nama panggilan Noto Mihardjo adalah pribumi asli. Wong Jowo kok. Eyang Kakung (eyang laki – laki) Joko itu lurah Kragan, Karanganyar. Ga mungkin jadi lurah tempo dulu kalau beliau itu cina,” tegas Pak Margono. Dia heran tak habis pikir kok ada tudingan Jokowi dan keluarganya adalah keturunan cina.
Latar belakang Jokowi yang diberitakan miskin atau dari keluarga tidak mampu, juga dipertanyakan Pak Margono. Dia tidak mengerti kenapa bisa muncul berita itu. Ayah Joko Widodo bernama Widjiatno termasuk pengusaha meubel yang sukses, meski pada saat itu belum sesukses Jokowi ketika mengambilalih dan mengelola usaha peninggalan ayahnya.
Dengan lancar dan yakin, Pak Margono menerangkan bahwa Widjiatno yang dikenalnya baik itu masih hidup atau belum meninggal dunia ketika Jokowi menikah dengan Iriana. Pak Margono bahkan menjelaskan dirinya sempat berfoto bareng bersama Pak Widjiatno ketika pesta perkawinan Joko Widodo – Iriana dilangsungkan. Sayangnya, ketika tim investigasi meminta diperlihatkan foto tersebut, Pak Margono yang sudah berusaha mencarinya, gagal menemukan foto itu. Ternyata, album foto – foto perkawinan Joko Widodo yang diselenggarakan secara cukup mewah pada jamannya itu, terbawa oleh putra Pak Margono yang sekarang tinggal di Tegal, Jawa Tengah. Beliau berjanji akan memintanya kembali agar dapat diperlihatkan ketika kami mampir lagi ketika melakukan investigasi tahap kedua pada bulan depan.
Rasa penasaran terhadap latar belakang kehidupan Jokowi membawa langkah tim investigasi menuju lokasi pabrik PT. Rakabu Sejahtra yang didirikan Jokowi pada tahun 2009 bersama Jenderal Purn. Luhut Binsar Panjaitan. Belum diketahui pasti kapan persisnya dan apa sebabnya terjalin hubungan erat antara Jokowi dengan Luhut Binsar Panjaitan.
image
Dari data yang ditemukan, Luhut dan Jokowi sepakat mendirikan perusahaan bersama di mana Jokowi menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 51% dengan setoran modal Rp 16,19 miliar atas nama anaknya Gibran Rakabuming yang saat itu baru berusia 20 tahun. Sedangkan Luhut tercatat sebagai pemegang saham minoritas sebesar 49% dengan setoran modal Rp 15,5 miliar pada PT Rakabu Sejahtra. Kemitraan usaha Jokowi dan Luhut Panjaitan ini entah apa sebabnya selalu disembunyikan atau dirahasiakan mereka dari publik.
PT Rakabu Sejahtra memiliki pabrik yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah. PT. Toba Sejahtra memiliki saham minoritas dalam pabrik yang memproduksi berbagai furnitur olahan kayu dalam bentuk rangka pintu, lantai, dan lain-lainya ini. Produk-produk tersebut banyak dijual untuk pasar ekspor. Pabrik dan gudang PT Rakabu ini tercatat dua kali terbakar pada tahun 2012 lalu. Kebakaran pertama pada tanggap 26 Juli 2012 dengan kerugian sekitar Rp 400 juta dan kebakaran kedua pada tanggal 12 September 2012 dengan kerugian ditaksir Rp 80 juta. Masing – masing penyebab kebakaran tersebut hingga kini masih misterius.
image
Tak pelak lagi, Luhut Panjaitan adalah tokoh yang selama ini menjadi mentor dan pembimbing Jokowi. Sesuai dengan tulisan yang pernah dipublikasikan majalah DETIK pada tahun 2012 lalu, Luhut adalah orang yang membujuk Jokowi agar bersedia mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Berdasarkan informasi yang kami terima, sudah sejak lebih 3 tahun tahun lalu Jokowi dipersiapkan sejumlah jenderal yang bergabung di PT Toba Bara Sejahtera, perusahaan yang didirikan Luhut dan sejumlah pensiunan jenderal, untuk digadang – gadang menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI.
Untuk memuluskan rencana itu, Luhut meminta anggota Tim Begawan, lembaga kajian bentukan Luhut, untuk melakukan survei terkait wacana pengusungan Jokowi sebagai cagub di Pilkada DKI Jakarta. Ternyata, Jokowi mendapat dukungan berarti dari responden.
Luhut diketahui sering mengundang Jokowi datang ke lantai 17 gedung Wisma Bakrie 2 Jalan HR Rasuna Said yang merupakan kantor PT Toba Bara Sejahtera, perusahaan yang didirikan Luhut bersama beberapa pensiunan jenderal TNI. Dalam setiang kesempatan datang ke kantor Luhut, mereka berdiskusi dengan para pensiunan jenderal kolega Luhut, antara lain Jend (Purn) Fachrul Razi mantan Wakil Panglima TNI , mantan Sekjen Dephan Jend (Purn) Jhoni Lumintang, mantan Kodiklat TNI Letjen TNI (Purn) Sumardi, Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Mayjen TNI (Purn) Zaenal Abidin, mantan Ka BAIS Mayjen (Purn) Ansyori Tadjudin. Jadi sebenarnya, Jokowi ini sudah lama dipersiapkan menjadi ‘proxy’ sejumlah mantan jenderal yang ingin berkuasa melalui Jokowi.
Bagaimana keterlibatan James Riady, Edward dan Edwin Suryawidjaja, Hartono, Antony Salim, Tommy Winata dan hampir seluruh konglomerat tionghoa, serta peran strategis Stanley Berhard Greenberg sang ahli pollster dan konsultan politik nomor satu dunia dalam pemenangan Jokowi pada pilkada DKI Jakarta dan dukungan penuh mereka terhadap Jokowi sebagai capres pilpres 2014.
Benang merah keterlibatan Robert Budi Hartono (pemilik grup usaha Bank BCA dan Rokok Djarum, keluarga terkaya No. 1 di Indonesia versi majalah Forbes) dan keluarganya (Viktor, Martin dan Armand Hartono) dalam mendukung Joko Widodo menjadi capres boneka terlihat jelas pada kolusi antara Jokowi dengan salah satu perusahaan PT Loka Niaga Adipermata (salah satu perusahaan milik keluarga Hartono) di proyek pengadaan reklame Videotron Manahan, Solo, pada tahun 2008 lalu.
image
image
image
Surat dari PT Loka Niaga Adipermata (LNA) kepad Walikota Solo Joko Widod pada tanggal 15 Desember 2008 tentang permohonan kesediaan LNA mengikuti lelang proyek Reklame Videotron langsung diberi disposisi oleh Jokowi untuk segera dijawab dan diberi atensi khusus oleh Kadispenda Solo Budi Suharta. Dan pada tanggal 19 Desember 2008, Kadispenda Solo mengirim surat balasan kepada LNA perihal Rekomendasi Untuk LNA didaftarkan sebagai Peserta Lelang Terdaftar pada Pemerintah Kota Solo.
Kolusi Jokowi dan Hartono (LNA) itu menghasilkan keputusan LNA sebagai satu – satunya peserta lelang VIDEOTRON dan dinyatakan sebagai pemenang lelang, dengan melanggar semua aturan perundang – undangan yang berlaku.
Bukti kedua keterlibatan keluarga Hartono dalam penggalangan dukungan terhadap Jokowi sebagai presiden boneka, terlihat pada saat Pilkada gubernur DKI Jakarta di mana staf Hartono di Bank BCA yaitu Kevin Wu bersama Benny Chandra Ketua Persatuan Tionghoa Indonesia, Lia Angraeni utusan Antoni Salim (Indofood / Salim Grup), Jhonny Liem Ketua Asosiasi Pengusaha Elektronik Indonesia, Hermawi Taslim, Rudi Hartono dan sekitar 50 pengusaha cina Indonesia, pada 15 September 2012 berkumpul di Panini Cafe, Kuningan, Jakarta Selatan dalam rangka penggalangan dana tambahan untuk pemenangan Jokowi pada Pilkada Gubernur DKI Jakarta.
Pertemuan ini adalah pertemuan ketiga, setelah sebelumnya mereka juga berkumpul dan telah mengumpulkan uang ratusan miliar rupiah untuk membantu pemenangan Jokowi.
  1. Muchtar Riady, James Riady, John Riady (Keluarga besar Riady)
Keterlibatan keluarga besar Riady pendiri dan pemilik Grup Lippo dan Grup First Media pada rencana menjadikan Joko Widodo sebagai capres boneka berawal dari permintaan Luhut Panjaitan cs kepada James Riady untuk mempertimbangkan Jokowi sebagai calon presiden yang dapat didukung karena profil Jokowi sangat sempurna dalam memperjuangkan kepentingan mereka terkait pengembangan bisnis, politik dan agama (kristen) di Indonesia.
image
Peran James Riady sangat penting karena status James Riady sebagai agen intelijen China (sama seperti Ayahnya : Muchtar Riady), dan sekaligus merupakan teman karib Bill Clinton (mantan presiden AS) serta anggota paguyuban elit Arkansas Connection, di mana Bill dan Hilary Clinton sebagai tokoh utamanya di samping beberapa elit politik AS, seperti John Kerry (Menlu AS), Rahm Emmanuel (Kepala Staf Gedung Putih) Stanley Berhard Greenberg (konsultan politik nomor 1 dunia) dan lain lain sebagai anggota Arkansas Connection.
image
image
Keberhasilan Luhut Panjaitan dan Hendropriono menarik James Riady menjadi pendukung utama Jokowi memberikan kekuatan yang luar biasa untuk mewujudkan tujuan mereka : Jokowi sebagai capres boneka.
Melalui James Riady, Greenberg dapat dilibatkan menjadi konsultan politik Jokowi, dan para konglomerat cina Indonesia termasuk para konglomerat koruptor BLBI dan buronan Pemerintah RI. Konglomerat – konglomerat koruptor BLBI di Singapura telah menyumbang Jokowi untuk pemenangan pilkada DKI sebesar US$ 50 juta (Rp 600 miliar) dalam dua tahap.
image
Luhut Panjaitan cs juga berhasil menarik keluarga Suryawidjaya (mantan orang terkaya nomor 2 di Indonesia) untuk bergabung bersama mereka mendukung capres boneka Jokowi. Keberhasilan ini sangat berarti karena ada jaminan logistik (uang) dan jaringan media.
image
Dan tidak kalah penting adalah bergabungnya Sang Taipan, Toako (Kakak Besar) para konglomerat cina Indonesia yakni Antoni Salim (putra Liem Sioe Liong, Salim Grup, mantan konglomerat terkaya Nomor 1 di Indonesia).
Sinergi hampir seluruh kekuatan politik dan bisnis komunitas cina Indonesia membuat Jokowi saat itu dijuluki “unstoppable man”. ini juga yang akhirnya mengantarkan para elit PDIP bekerjasama dengan Partai Komunis China (PKC) melalui program studi banding ke China yang difasilitasi oleh James Riady pada tahun 2012 dan 2013 lalu. Sejumlah elit PDIP belajar ke PKC China sebelum akhirnya dihentikan karena terbongkar ke publik dan mendapat banyak kecaman dari rakyat Indonesia.
Kolaborasi komunitas cina Indonesia kemudian menjadi hampir sempurna ketika kelompok bisnis dan jaringan Tommy Winata juga menyatakan bergabung dengan komunitas cina ini, mendukung rencana besar konspirasi global menjadikan Joko Widodo sebagai capres boneka mereka.
Unsur konspirasi global, selain PKC China, arkansas connection, juga terdapat China Connection Dunia yang menyatakan mendukung Jokowi. Salah satunya, adalah Thaksin Shinawarta yang menyatakan dukungan kepada Jokowi melalui mantan penasihat politiknya Liem Siok Lan atau Justani, mantan aktivis ITB dan istri mayjen purn Suarip Kadi yang juga diketahui terkoneksi dengan CIA.
image
image
Rencana pengambilalihan kedaulatan Indonesia (neokolonial) komunitas cina Indonesia, atau “penjajahan model baru” terhadap NKRI melalui Presiden Boneka Jokowi ini benar – benar sangat mengkhawatirkan masa depan dan keselamatan negara Indonesia.
Secara ringkas, dapat dituangkan skema rencana mereka seperti gambar di bawah ini :
image
Tak kurang dari Menlu AS John Kerry, Menlu Inggris William Hague, Ketua Hubungan Dagang Indonesia – AS David R Greenberg dan Duta Besar Israel untuk Indonesia, untuk menyatakan dukungannya kepada Jokowi. Sementara itu, Dubes AS untuk Indonesia terus menerus mengamati perkembangan politik dan memberikan laporan ke Washington DC terkait rencana besar konspirasi global menjadikan Jokowi sebagai capres boneka.
Joko Widodo terpilih sebagai tokoh yang akan diorbitkan konspirasi global untuk menjadi presiden boneka dikarenakan profil dan karakter Jokowi sangat ideal, serta diyakini setia dan bersedia sepenuhnya menjalankan dan mengamankan kepentingan negara – negara asing dan kelompok pendukungnya, bilamana dia terpilih menjadi presiden Indonesia.p
Profile dan karakter Joko Widodo berdasarkan penilaian pihak Asing, Aseng dan Antek (konspirasi global) sebagai berikut :
  1. Jokowi tidak memiliki sikap nasionalisme dan patriotisme
  2. Jokowi tidak mempunyai jiwa dan semangat setia dan bela negara
  3. Jokowi tidak punya visi dan misi terkait posisi dan sebagai jabatannya selaku pejabat negara.
  4. Jokowi telah terbukti sebagai sosok yang patuh, loyal, nurut dan bersedia menjalankan apa pun yang diarahkan oleh para pembina / mentornya, sejak tahun 2008 lalu.
  5. Jokowi merupakan aset yang sempurna bagi para sponsornya
  6. Jokowi bersuku jawa yang secara tidak resmi dianggap sebagai calon ideal sebagai presiden RI
  7. Jokowi merupakan tokoh sempurna untuk menjalankan skenario yang telah disiapkan oleh Stanley Benhard Greenberg.
  8. Jokowi tidak punya agenda atau kepentingan pribadi tersembunyi yang berbeda atau berlawanan dengan kepentingan para sponsor, pendukung dan donaturnya.
  1. Jokowi merupakan wayang sempurna di mata para dalangnya.
Bagaimana dengan tudingan bahwa Jokowi terlibat korupsi proyek pengadaan bus Trans Jakarta dan bus reguler tahun anggaran 2013 bernilai total Rp 1.5 triliun? Mari kita ungkap fakta – fakta hukumnya.
  1. Michael Bimo Putranto pemilik perusahaan yang ditunjuk sebagai pemenang dalam lelang proyek pengadaan bus TJ tersebut adalah pengusaha baru dikenal di lingkungan pemda DKI Jakarta. Sebelum tahun 2012 tidak ada pejabat DKI Jakarta mengenal Bimo Putranto, apalagi sampai menjadi rekanan dan ditunjuk sebagai pemenang lelang proyek pengadaan di Pemda DKI Jakarta.
  2. Berdasarkan kesaksian Udar Pristono mantan Kepala Dishub DKI Jakarta pada Berita Acara Pemeriksaan (BAP) disebutkan bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, pada tahun 2012 pernah memanggil Udar ke ruang kerja Gubernur. Setiba di ruang kerja Gubernur, Jokowi memperkenalkan Bimo Putranto kepada Udar. Selanjutnya, Udar diminta bantuannya oleh Jokowi untuk mengamankan kepentingan Bimo Putranto yang terkait dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
  3. Joko Widodo pada hari Senin, tanggal 23 Desember 2013 mengunjungi Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dalam rangka menyambut kedatangan 86 Bus Impor ex China, yang merupakan bagian dari total 657 unit Bus Impor dari China yang dipesan oleh Bimo Putranto, sahabat dekat dan timses Jokowi sejak di Solo dulu.
  4. Jokowi selaku Gubernur Jakarta pro aktif terlibat dalam permohonan pembebasan bea masuk dan penghapusan pajak penjualan barang mewah atas 656 bus (310 unit bus untuk Trans Jakarata dan 346 unit Bus Reguler) hingga nol persen, yang diajukan Jokowi secara resmi ke Menteri Keuangan.
  5. PT Ifani Dewi yang direkomendasikan Jokowi untuk ditunjuk sebagai pemenang lelang pengadaan bus TJ dan Reguler ternyata adalah perusahaan fiktif. menurut informasi yang diperoleh dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), PT Ifani Dewi tercatat memiliki alamat di Jalan Tebet Barat Dalam Raya Nomor 153 A, Jakarta Selatan. Saat dilakukan pencarian langsung ke lapangan, ternyata nomor 153 A tidak tercatat di wilayah Jalan Tebet Barat Dalam Raya. Ketika akhirnya ditemukan, kantor PT Ifani Dewi hanya berupa bangunan kecil dihuni dua orang pegawai.
  6. Berdasarkan perkembangan pelaksanaan lelang, ada lima perusahaan yang menjadi pemenang.
  7. PT Korindo Motor dengan pabrikan China Yutong Bus, nilai kontrak Rp 113,856 miliar yang menggunakan nomor bus TJ 01-30.
  8. PT Ifani Dewi dengan pabrikan China Ankai, nilai kontrak Rp 110,520 miliar dengan nomer TJ 31-60
  9. PT Saptaguna Dayaprima dengan pabrikan China Ankai, nilai kontrak Rp 108,745 miliar Nomor bus TJ 61-90.
  10. PT Mobilindo Armada dengan pabrikan China Zhongthong Bus, nilai kontrak Rp 110,265 miliar
  11. PT Putriasi Utama Sari dengan pabrikan China BCIBus, nilai kontrak Rp 40,536 miliar.
Fakta Selanjutnya : Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, setiap proyek yang bernilai di atas Rp 100 miliar harus diketahui dan ditandatangani gubernur.
Sementara itu, Michael Bimo Putro diketahui sebagai importir Bus yang didatangkan dari China tersebut, dan merupakan salah satu dari perusahaan pemasok bus kepada lima perusahaan yang telah ditetapkan sebagai pemenang lelang di Dishub DKI Jakarta.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Azas Tigor Nainggolan mengatakan, Michael Bimo Putranto pernah mewakili Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menghadiri seminar tentang penerapan sistem bus rapid transit(BRT) di Guangzhou, China, 31 Oktober-3 November 2013.
Menurut Tigor, Bimo Putranto merupakan pria yang dekat dengan Jokowi. Ia merupakan makelar proyek pengadaan bus berkarat transjakarta. Berdasarkan pengakuan Bimo dan Udar Pristono, Bimo disebutkan sebagau utusan Gubernur Jokowi dan kenal dekat Pak Jokowi.
Sebelumnya, Bimo memang mengakui jika ia pernah berkunjung ke China menjelang akhir tahun lalu. Namun, kunjungan tersebut bukan dalam rangka berkunjung ke pabrik bus Ankai di Hefei. Ankai merupakan produsen bus transjakarta yang terletak di Hefei, Provinsi Anhui.
Bimo Putranto disebut – sebut telah memberikan mahar dan fee pada PDIP, tim sosial media pro Jokowi dan putra sulung Jokowi, total sebesar Rp 40 miliar.
Meski demikian, hingga saat ini baru empat pelaku korupsi yang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh kejaksaan agung. Joko Widodo, Bimo Putranto dan putra Jokowi, Gibran Rakabuming belum ditetapkan sebagai tersangka. Diduga karena terkait agenda pilpres pada bulan Juli 2014 mendatang.

KKN Jusuf Kalla Selama Menjadi Wapres, Melebihi Korupsi

Tim JK dibawah komando Sofyan Wanandi ( Liem Bian Koen ) dan Jusuf Wanandi ( Liem Bian Kie ) tetap berusaha keras agar JK bisa menjadi Cawapres Jokowi. Melalui lobi-lobi dan pembentukan opini di media cetak, online maupun elektronik mereka gencar melakukan usahanya.

Tim JK dibawah komando Sofyan Wanandi ( Liem Bian Koen ) dan Jusuf Wanandi ( Liem Bian Kie ) tetap berusaha keras agar JK bisa menjadi Cawapres Jokowi. Melalui lobi-lobi dan pembentukan opini di media cetak, online maupun elektronik mereka gencar melakukan usahanya.

Masyarakat perlu diingatkan lagi tentang masa lalu JK, karena kita menginginkan pasangan Capres-Cawapres yang terbaik buat bangsa,negara dan kesejahteraan rakyat.

Bersama-sama dengan Laksamana Sukardi , Jusuf Kalla dipecat oleh Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Perdagangan. Gus Dur mengatakan, kedua orang itu terlibat dalam sejumlah kasus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di bidangnya. Alasan kedua Menteri terlibat KKN itu diutarakan Gus Dur dalam Rapat Konsultasi Tertutup antara pemerintah dan DPR di gedung DPR, Jakarta, Kamis 27 April 2000 . Informasi mengenai hal itu diungkapkan Ketua Fraksi Partai Golkar Eki Syachrudin kepada pers usai menghadiri rapat konsultasi tersebut.

Rapat tertutup yang berlangsung kurang lebih lima jam itu dipimpin oleh Ketua DPR Akbar Tandjung. Presiden didampingi para menteri antara lain Menko Ekuin Kwik Kian Gie, Menkeu Bambang Sudibyo, Menteri Pertambangan dan Energi Susilo Bambang Yudhoyono, Menlu Alwi Shihab, dan Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin.

Kasus KKN yang diungkapkan Gus Dur disampaikan hanya kepada sekitar 40 pimpinan dan sejumlah anggota Dewan yang mengikuti Rapat Konsultasi tertutup tersebut. Alasan Gus Dur, pemaparan kasus KKN itu kurang etis bila disampaikan secara terbuka.


Grup Bosowa, milik Aksa Mahmud adik ipar Jusuf Kalla, pada tahun 1997-1998 termasuk 20 debitur terbesar Bank Mandiri yang macet.Jusuf Kalla yang menjabat sebagai komisaris utama PT Semen Bosowa dan Aksa Mahmud sebagai direktur utama waktu itu dianggap harus bertanggungjawab terhadap kredit macet perusahaan tersebut di Bank Mandiri sebesar Rp1,4 triliun.

Berdasarkan laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Bank Mandiri pernah menghapusbukukan sebagian utang milik perusahaan milik Kalla ini.


Kalla grup, Bukaka grup dan Bosowa grup, Intim grup yang semuanya merupakan bisnis keluarga Jusuf Kalla, mendapatkan banyak sekali proyek besar pada waktu JK menjabat sebagai Wakil Presiden 2004-2009. Proyek-proyek itu antara lain adalah pembangunan PLTA di Sulawesi Selatan, Bukaka mendapat order pembangunan PLTA di Ussu di Kabupaten Luwu' Timur, berkapasitas 620 MW; sebuah PLTA senilai Rp 1,44 trilyun di Pinrang;  Bukaka juga membangun PLTA dengan tiga turbin di Sungai Poso, Sulawesi Tengah, yang akan berkapasitas total 780 MW.

Selain ditengarai memainkan pengaruh kekuasaan untuk mendapatkan bisnis ini, pelaksanaannya pun kerap melanggar aturan. PLTA Poso, misalnya, mulai dibangun sebelum ada AMDAL yang memenuhi syarat. (Juga jaringan SUTET-nya ke Sulawesi Selatan & Tenggara dibangun tanpa AMDAL).

Di Sumatera Utara, kelompok yang dipimpin Achmad Kalla, adik kandung mantan Wakil Presiden mendapat order pembangunan PLTA di Pintu Pohan, atau PLTA Asahan III berkapasitas 200 MW . Selain itu, Bukaka juga terlibat dalam pembangunan pipa gas alam oleh PT Bukaka Barelang Energy senilai USD 750 juta - setara dengan Rp 7,5 triliun yang akan terentang dari Pagar Dea, Sumatera Selatan ke Batam; pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) senilai USD 92 juta - atau Rp 920 milyar - di Pulau Sembilang, dekat Batam; pembangunan pembangkit listrik tenaga gas di Sarulla, Tarutung, Sumatera Utara, yang akan menghasilkan 300 MW.

Yang paling baru adalah rencana pembangunan 19 PLTA berkekuatan 10.000 MW. Rencana ini dinilai berbahaya secara ekonomi karena Kalla mendorong BPD-BPD se Indonesia yang membiayainya dengan mengandalkan dana murah di bank-bank milik pemda tersebut.

Masalahnya, dana murah itu adalah dana jangka pendek, sedangkan pembangunan PLTA adalah proyek berjangka waktu panjang. Rata-rata baru setelah 7 tahun, ada duit yang masuk. Jika terjadi sedikit saja goncangan, BPD-BPD bakal semaput karena dana jangka pendek mereka dipakai untuk membiayai proyek jangka panjang.
Kengototan Kalla bisa dimaklumi karena kelompok-kelompok Bukaka, Bosowa , dan Intim (Halim Kalla) termasuk paket kontraktor pembangunan 19 PLTU itu. Kelompok Bosowa mendapat order pembangunan PLTU Jeneponto di Sulsel, tanpa tender (Rakyat Merdeka, 7 Juni 2006), sedangkan kelompok Intim milik Halim Kalla yang juga salah seorang Komisaris Lion Air akan membangun PLTU berkapasitas 3 x 300 MW di Cilacap, Jateng, dengan bahan baku batubara yang dipasok dari konsesi pertambangan batubara seluas 5.000 ha milik kelompok Intim di Kaltim (GlobeAsia, Sept. 2008, hal. 38).

Masih banyak lagi proyek-proyek lainnya seperti Monorail di DKI (akhirnya batal), beberapa bandara, jalan tol dsb.


Demikianlah sepak terjang Jusuf Kalla dan kelompok bisnis keluarganya ketika JK menjabat sebagai Wapres 2004-2009. Karena itu sangat berbahaya bila JK menjadi cawapres Jokowi dan akhirnya menjadi Wapres bilamana pasangan Jokowi-JK menang . Pemerintahan Jokowi-JK akan menjadi pemerintah KKN yang meluas ke-daerah2, sulit untuk memberantas korupsi dan akan mengulangi pola 2004-2009, yaitu mengambil alih Golkar dan akan mendominasi pemerintahan Jokowi dengan Golkarnya. Kita menjadi mundur kembali kemasa lalu berputar-putar lagi dengan masalah KKN, sementara negara-negara lain makin maju dan rakyatnya makin sejahtera.


Usia JK sudah 72,mungkin sekarang terlihat sehat,namun sudah tidak sekuat 5 tahun yang lalu dan menurut rata-rata orang Indonesia sudah terlalu berat untuk melaksanakan tugas negara yang berat, dari hari ke hari. Di sosial media JK banyak disindir "Pak tua...diluar banyak angin, ....siap2 kerokan ....dsb."

JK adalah tokoh bangsa yang dihormati saat ini karena telah menduduki berbagai jabatan tinggi dan telah sangat senior, sangat rugi kalau terus menerus dijadikan bulan-bulanan, sindiran yang bernada melecehkan dan diungkit-ungkit masalah KKN nya.

Kalau JK tetap ngotot untuk menjadi Cawapres Jokowi, maka serangan itu akan terus berlanjut dan meningkat,karena masalah KKN, umur yang telah lanjut itu tetap melekat didalam diri JK.

Sehingga apabila jadi maju sebagai Cawapres Jokowi bukannya menambah nilai Jokowi, namun akan mengurangi nilai Jokowi,bahkan akan menjadi fokus serangan dari lawan2 politik karena memang menjadi titik lemah Jokowi-JK. Bukannya tidak mungkin akan ada kelompok masyarakat yang menuntut KPK agar menyelidiki kasus KKN JK sewaktu menjadi Wapres mendampingi Jendral ( purn ) SBY 2004-2009 . Sedangkan pembelaan dari pengurus dan konstituen Golkar tidak mungkin diharapkan, karena mereka hanya bisa bergerak apabila disediakan logistik yang cukup. Oleh karena itu kemungkinannya sangat besar pasangan Jokowi-JK akan kalah.

Penulis : Ir. Abdulrachim K -Aktivis/Pengamat disadur dari twitternya @abdrachim001

Cawapres Jokowi adalah Jusuf Kalla Sang Kesatria ??????

Cawapres Jokowi adalah Jusuf Kalla Sang Kesatria ??????
Jusuf Kalla sebagai cawapres Jokowi sebab ada dugaan KKN Kalla grup,Bukaka grup dan Bosowa grup selama jadi wapres 2004-2009 era Presiden SBY, bisa dilaporkan ke KPK. Ini masalah serius yang pasti menggerus dan merusak kredibilitas Jokowi jika berduet dengan JK, bahkan reputasi Jokowi bakal habis dan PDIP amblas pula.
Demikian pandangan peneliti independen Ir Abdulrachim lulusan ITB dan aktivis Gerakan Indonesia Bersih Adhie Massardi serta peneliti Yayasan Indonesia Baru Fathor Rasi MA. Mereka menyatakan berbagai kelompok masyarakat pro-Jokowi akan melaporkan Ke KPK soal dugaan KKN grup JK itu, kalau Jokowi berduet dengan JK.

”Masyarakat anti-korupsi sangat marah dan kecewa pada Jokowi kalau berdampingan dengan Jusuf Kalla yang diduga kuat KKN di era SBY dan Gus Dur dulu,” kata Abdulrachim.

Dalam catatan kajian Abdulrachim dan Adhie Massardi, ada dugaan kuat bahwa Kalla grup,Bukaka grup dan Bosowa grup Intim grup yang semuanya merupakan bisnis keluarga Jusuf Kalla, mendapatkan banyak sekali proyek besar pada waktu JK menjabat sebagai Wakil Presiden 2004-2009. Proyek2 itu antara lain adalah pembangunan PLTA di Sulawesi Selatan ,Bukaka mendapat order pembangunan PLTA di Ussu di Kabupaten Luwu’ Timur, berkapasitas 620 MW; sebuah PLTA senilai Rp 1,44 trilyun di Pinrang; Bukaka juga membangun PLTA dengan tiga turbin di Sungai Poso, Sulawesi Tengah, yang akan berkapasitas total 780 MW.

”Selain ditengarai memainkan pengaruh kekuasaan untuk mendapatkan bisnis ini, pelaksanaannya pun kerap melanggar aturan. PLTA Poso, misalnya, mulai dibangun sebelum ada AMDAL yang memenuhi syarat. (Juga jaringan SUTET-nya ke Sulawesi Selatan & Tenggara dibangun tanpa AMDAL).di Sumatera Utara, kelompok yang dipimpin Achmad Kalla, adik kandung Wakil Presiden mendapat order pembangunan PLTA di Pintu Pohan, atau PLTA Asahan III berkapasitas 200 MW .Selain itu, Bukaka juga terlibat dalam pembangunan pipa gas alam oleh PT Bukaka Barelang Energy senilai US$ 750 juta – setara dengan Rp 7,5 trilyun – yang akan terentang dari Pagar Dea, Sumatera Selatan, ke Batam; pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) senilai US$ 92 juta – atau Rp 920 milyar – di Pulau Sembilang, dekat Batam; pembangunan pembangkit listrik tenaga gas di Sarulla, Tarutung, Sumatera Utara, yang akan menghasilkan 300 MW. Yang paling baru adalah rencana pembangunan 19 PLTA berkekuatan 10.000 MW,” ungkap Abdulrachim.

Rencana ini , ungkapnya, dinilai berbahaya secara ekonomi karena Kalla mendorong BPD-BPD se Indonesia yang membiayainya dengan mengandalkan dana murah di bank-bank milik pemda tersebut. Masalahnya, dana murah itu adalah dana jangka pendek, sedangkan pembangunan PLTA adalah proyek berjangka waktu panjang. Rata-rata baru setelah 7 tahun, ada duit yang masuk. Jika terjadi sedikit saja goncangan, BPD-BPD bakal semaput karena dana jangka pendek mereka dipakai untuk membiayai proyek jangka panjang. Kengototan Kalla bisa dimaklumi karena kelompok-kelompok Bukaka, Bosowa , dan Intim (Halim Kalla) termasuk paket kontraktor pembangunan 19 PLTU itu.

Menurutnya, Kelompok Bosowa mendapat order pembangunan PLTU Jeneponto di Sulsel, tanpa tender (Rakyat Merdeka, 7 Juni 2006), sedangkan kelompok Intim milik Halim Kalla yang juga salah seorang Komisaris Lion Air akan membangun PLTU berkapasitas 3 x 300 MW di Cilacap, Jateng, dengan bahan baku batubara yang dipasok dari konsesi pertambangan batubara seluas 5.000 ha milik kelompok Intim di Kaltim (GlobeAsia, Sept. 2008, hal. 38). Masih banyak lagi proyek2 lainnya seperti Monorail di DKI (akhirnya batal ),beberapa bandara, jalan tol dsb.

”Demikianlah sepak terjang Jusuf Kalla dan kelompok bisnis keluarganya ketika JK menjabat sebagai Wapres 2004-2009. Karena itu sangat berbahaya bila JK menjadi cawapres Jokowi dan akhirnya menjadi Wapres bilamana pasangan Jokowi-JK menang . Pemerintahan Jokowi-JK akan menjadi pemerintah KKN yang meluas ke-daerah2, sulit untuk memberantas korupsi dan akan mengulangi pola 2004-2009,yaitu mengambil alih Golkar dan akan mendominasi pemerintahan Jokowi dg Golkarnya. Kita menjadi mundur kembali kemasa lalu berputar-putar lagi dengan masalah KKN, sementara negara-negara lain makin maju dan rakyatnya makin sejahtera. Usia JK sudah 72,mungkin sekarang terlihat sehat,namun sudah tidak sekuat 5 tahun yang lalu dan menurut rata2 orang Indonesia sudah terlalu berat untuk melaksanakan tugas tugas negara yang berat, dari hari ke hari. Di sosial media JK banyak disindir, pak tua…diluar banyak angin, ….siap-siap Kerokan ….dsb,” tutur Abdulrahim dan Adhie Masardi atas dugaan KKN tersebut di atas.

Menurut Abdulrahim dan Fathor Rasi JK adalah tokoh bangsa yang dihormati saat ini karena telah menduduki berbagai jabatan tinggi dan telah sangat senior , sangat rugi kalau terus menerus dijadikan bulan-bulanan ,sindiran yang bernada melecehkan dan diungkit-ungkit masalah KKN nya. Kalau JK tetap ngotot untuk menjadi Cawapres Jokowi, maka serangan-serangan itu akan terus berlanjut dan meningkat,karena masalah-masalah KKN,umur yang telah lanjut itu tetap melekat didalam diri JK.

”Sehingga apabila jadi maju sebagai Cawapres Jokowi bukannya menambah nilai Jokowi,namun akan mengurangi nilai Jokowi,bahkan akan menjadi fokus serangan dari lawan2 politik karena memang menjadi titik lemah Jokowi-JK. Bukannya tidak mungkin akan ada kelompok masyarakat yang menuntut KPK agar menyelidiki kasus-kasus KKN JK sewaktu menjadi Wapres Jendr ( purn ) SBY 2004-2009 . Sedangkan pembelaan dari pengurus dan konstituen Golkar tidak mungkin diharapkan, karena mereka hanya bisa bergerak apabila disediakan logistik yang cukup. Oleh karena itu kemungkinannya sangat besar pasangan Jokowi-JK akan kalah secara telak,” kata Abdulrachim, peneliti independen yang menjadi pendukung Jokowi dari Alumni ITB itu. (lrn/rim)

Capres Prabowo Subianto Ungkap Kerusuhan Mei 98 !

Saya adalah korban kerusuhan Mei 1998. Sekian tahun setelah kerusuhan itu harus tinggal di luar negeri akibat trauma dan mengamankan keluarga sebelum kembali ke Indonesia untuk bekerja dan berusaha. Selama di luar negeri, saya terus mengikuti berita Indonesia melalui SiaR dan Xpos yang kini saya ketahui merupakan produk dari Gunawan Muhammad. SiaR dan Xpos acapkali memberitakan tentang sepak-terjang Prabowo sebagai buruk, anti Tionghoa dan psikopat. Di antaranya adalah tulisan Andreas Harsono di majalah asing yang sangat negatif tentang Prabowo dan Fadli Zon, yang mengesankan bahwa Prabowo ingin menghabisi Tionghoa Indonesia karena kekuatan ekonomi yang dimilikinya.
Prabowo Subianto Capres RI-7

Tulisan Andreas Harsono tersebut masih bisa dilihat di webnya, di antaranya saya lampirkan di sini artikel sesaat setelah pemberhentian Prabowo : http://www.andreasharsono.net/1998_08_01_archive.html
Dan ini adalah tulisan Andreas Harsono di AMREP :
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/02/21/0183.html
Supaya fair, ini adalah tanggapan Fadli Zon tentang tulisan Andreas Harsono :
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/02/21/0183.html
Dengan menyimak tulisan-tulisan yang tendensius tersebut, tidaklah heran minoritas Tionghoa maupun non muslim menjadi sangat paranoid terhadap Prabowo Soebianto dan Fadli Zon, termasuk saya. Saya bersyukur Prabowo Soebianto diberhentikan dari dinas militer dan harus meninggalkan negeri sendiri mengungsi (ke Yordania) seperti saya. Hidup di luar negeri seberapa tenang dan amannyapun tetap berbeda dengan hidup di bumi tumpah darah. Termasuk di antaranya saya harus menerima, bahwa sebagian keluarga kini tetap trauma kembali ke Indonesia dan menjadi warga negara asing.
Dalam bincang pagi ini di TV One, ada Andre Rosiade, mantan Ketua BEM Trisakti pada masa reformasi, dengan narasumber lainnya Mayjend Purn. Kivlan Zen, berbicara bahwa apabila Prabowo Soebianto menjadi Presiden RI, maka kasus Mei 98 akan dibuka dan diproses melalui institusi formal, dalam kasus ini tentunya adalah Pengadilan HAM Ad Hoc; dan saat itulah mereka bersedia untuk mengikuti proses dan memberikan kesaksiannya. Sebelumnya, diberitakan alumni Trisakti dan keluarga Pahlawan Reformasi di antaranya ibu Hira Tetty, ibunda alm. Elang Mulia Lesmana, juga menyatakan mendukung Prabowo Soebianto dengan catatan membuka kembali kasus Mei 98.
Selama 3x pemilu, saya senantiasa memilih PDIP dengan anggapan bahwa PDIP adalah satu-satunya partai yang berkomitmen melindungi minoritas Tionghoa non muslim. Sampai hari inipun mereka masih menjual image yang sama. Acapkali saya menerima broadcast di ponsel dan email untuk memilih PDIP dan Jokowi-JK, seringnya dengan menginsinuasikan bahwa Prabowo berkuasa akan menjadi bencana bagi minoritas karena Wahabbi, karena PKS, karena FPI, karena gerbong Islam di belakangnya.
Pada acara ILC sehari setelah pendaftaran capres-cawapres, Effendi Simbolon, mantan Ketua Pansus orang hilang dan timses PDIP kembali menyerang kubu Prabowo-Hatta mengenai kasus HAM penculikan aktifis. Yang menarik adalah pernyataan Effendi Simbolon, bahwa kasus hilangnya 13 aktivis adalah Pelanggaran HAM berat sementara kasus Mei 98, yang menyebabkan kematian ribuan orang tidak bersalah, di antaranya dibakar hidup-hidup di mal, kenalan saya suami istri berikut dua orang putrinya dikunci di dalam ruko di Kebun Jeruk yang dibakar, tragedi Semanggi I dan II, pembantaian di jalan Ketapang; semuanya bukanlah pelanggaran HAM berat…!
Ini sangat mencengangkan, telah sia-sia saya belasan tahun mendukung PDIP, ternyata HAM seperti ini yang mereka perjuangkan. Apakah tidak berharga nyawa yang hilang pada kejadian-kejadian luar biasa tersebut dibandingkan 13 orang aktivis, yang dikabarkan telah dan berpotensi melakukan aksi-aksi kekerasan, di antaranya merakit dan menyebarkan bom…?
Semasa mahasiswa dulu, saya pernah menjadi aktivis pemberontak melawan Orba karena pergaulan. Apabila kita vokal dan mulai membentuk atau ikut organisasi-organisasi vokal di kampus, akan ada agen-agen dengan berpakaian sipil yang mendekati kita dan memberikan nasehat. Apabila kita tetap saja vokal, maka mereka akan datang kembali dan bicara lebih keras. Jika tetap saja kita ngeyel, maka kita bisa dijemput dan dibawa ke kantor dan diberi peringatan yang lebih keras lagi. Saya tidak bisa mencontohkan lebih, sebab tingkat kebandelan saya hanya sampai taraf ini. Tapi yang jelas saya paham, bahwa seseorang yang innocent tidaklah mungkin mendadak, mengalami penghilangan secara paksa.
Setelah bertahun lewat Mei 98, akibat yang kasat mata adalah turunnya rezim Soeharto, habisnya karir militer Prabowo Soebianto, dan pelarian dana BLBI dikabarkan lebih dari Rp 1000 triliun, dimana akhirnya kita berhutang pada IMF, yang harus dibayar sampai ke anak cucu kita sampai dengan tahun 2032…! Belum lagi sedemikian banyak nyawa yang hilang, kehidupan yang hancur, ekonomi yang terpuruk. Ibunda teman saya, yang saya anggap seperti orang tua sendiri, kiosnya di Glodok dijarah habis-habisan dan suaminya terkena serangan jantung. Setelah itu pikirannya kosong dan berkali-kali meninggalkan rumah untuk menjenguk puing-puing tokonya, sampai akhirnya setahun kemudian menghadap yang kuasa dalam kesedihan.
Saat ini apabila kita melihat, siapa yang sebenarnya diuntungkan oleh kejadian Mei 98 tersebut. Adalah rezim yang berkuasa sesudahnya, yang bukanlah mantan Presiden Habibie yang ketiban pulung. Bukan pula mantan Presiden Gus Dur yang naik karena skenario di luar dugaan dari manuver Amien Rais. Dulu saya tak bisa melihat jernih, tapi kini semakin jelas.
Rezim ini yang akhirnya memberikan Release and Discharge kepada sejumlah konglomerat, yang mendapat BLBI, yang menggunakan dana masyarakat di banknya sesuka hati. Mereka yang seharusnya bangkrut karena hutang-hutangnya, tapi ternyata sekarang di saat bangsa Indonesia masih mencicil hutang, mereka sudah mendapatkan pembebasan hutang dan semakin hari semakin kaya saja, dengan kerajaan bisnis baru melampaui batas Indonesia.
Saya juga terheran-heran atas sikap sekelompok Jendral Purnawirawan, di antaranya yang berada di dalam DKP yang memberhentikan Prabowo, kini sangat aktif menjegal Prabowo dengan segala cara. Hendropriyono menyebut Prabowo psikopat. Agum Gumelar dan Luhut Pandjaitan menjelek-jelekkan Prabowo setiap ada kesempatan, di koran, media, TV. Sutiyoso yang tidak dianggap sedikitpun oleh kubu Jokowi-JK juga manut luar biasa. Wiranto pun telah tertutup mata hatinya. Jendral2 purnawirawan ini tak terpengaruh oleh pergantian rezim, bahkan menikmati keuntungan luar biasa. Melanjutkan jabatannya, mendapat jabatan baru, menjadi Menteri, terpakai, bahkan hidupnya kaya dan bahkan ada yang sudah menjadi konglomerat.
Kasus Mei 98 adalah catatan kelam Republik ini. Anak cucu kita perlu tahu mengapa generasi kita meninggalkan hutang ekonomi dan sejarah hitam yang sedemikian besar. Dengan melihat gerbong di belakang Jokowi, dan PDIP yang selama masa reformasi hanya memperjuangkan HAM sempit, dan kini mempolitisasi HAM 13 aktivis sekuat tenaga sebagai bagian dari upaya mereka melakukan kampanye hitam menjatuhkan Prabowo; sudah jelas tidak perlu mengharapkan Jokowi akan menuntaskan Mei 98. Kemungkinan besar Jokowi memang hanya figur boneka yang karena sukses dipopulerkan, akhirnya diangkat untuk menjegal Prabowo, sehingga alasan dan dalang di balik Mei 98 tidak pernah terbongkar.
Kepada Prabowo Soebianto, sebagaimana alumni Trisakti dan keluarga pahlawan Reformasi, saya menggantungkan harapan agar kasus kerusuhan Mei 98 diungkap dan diproses melalui prosedural hukum dan tata-negara yang telah diUndang-Undangkan. Sudah terlalu lama kita menunggu dan berdiam diri. Pihak-pihak yang berdosa kepada rakyat dan sejarah Republik ini, biarlah mereka menghadapi hari penghakiman mereka.
Jakarta, 11 Juni 2014