KUNJUNGI WEB SAYA

Hakikat Bahasa, Pengertian Sosiolinguistik, dan Pandangan Sosiolinguistik terhadap Bahasa

Tugas ke-1 Soiolinguistik
oleh: Robita
Pertanyaan:
1) Apakah yang Anda ketahui menganai hakikat bahasa?
2) Sebutkan beberapa pengertian sosiolinguistik!
3) Bagaimanakah pandangan sosiolinguistik terhadap bahasa?
Jawaban:
1) Hakikat Bahasa
Hakikat bahasa menurut Harimurti Kridalaksana dalam Kamus Linguistik edisi ketiga adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Sementara menurut H. Douglas Brown dalam bukunya Henry Guntur Tarigan “Pengajaran Pragmatik” menyebutkan hakikat bahasa sebagai suatu sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif; seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Abdul Chaer dan Leonie Agustina menyebutkan hakikat bahasa dalam buku “Pragmatik: Perkenalan Awal” yaitu sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.
Sapir (1921) dalam A. Chaedar Alwasilah (1990) bahwa bahasa adalah “A purely human and non-instinctive method of communicating ideas, emotions, and desires, by means of a system of voluntarily produced symbols.” Di samping itu, A. S. Hornby (1996) dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary, menyatakan bahasa adalah sistem bunyi dan kata yang digunakan manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya.
(http://imadesudiana.wordpress.com/2008/10/12/hakikat-bahasa/)

2) Beberapa pengertian linguistik:

• Menurut KBBI Daring, sosiolinguistik adalah ilmu tentang bahasa yang digunakan di dalam interaksi sosial; cabang linguistik tentang hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.
(http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php)

• Ferdinaen Saragih (2008) dalam http://sigodang.blogspot.com/2008/10/pengertian-sosiolinguistik-selengkapnya.html) menyebutkan pengertian sosiolinguistik yaitu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Selin itu, terdapat juga beberapa pengertian linguistik lainnya menurut beberapa ahli linguistik:
1. Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
2. Sumarsono (2007:2) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu.
3. Rafiek (2005:1) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi bahasa dalam pelaksanaannya itu bermaksud/bertujuan untuk mempelajari bagaimana konvensi-konvensi tentang relasi penggunaan bahasa untuk aspek-aspek lain tentang perilaku sosial.
4. Booiji (Rafiek, 2005:2) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam pemakaian bahasa dan yang berperan dalam pergaulan.
5. Wijana (2006:7) berpendapat bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa itu di dalam masyarakat. Pendapat tersebut pada intinya berpegang pada satu kenyalaan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial.
6. Fishman. Ia memberikan definisi sosiolinguistik sebagai the study of the characteristics of language varities, the characteristics of their functions, and the characteristics of their speakers as these three constantly interact, change, and change one another within a speech community.
7. Nababan, mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan.
8. Wikipedia, sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain.
9. Fasold (1993: ix) mengemukakan bahwa inti sosiolinguistik tergantung dari dua kenyataan. Pertama, bahasa bervariasi yang menyangkut pilihan bahasa-bahasa bagi para pemakai bahasa. Kedua, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan pikiran-pikiran dari seseorang kepada orang lain.

• Zakii (2008) dalam http://sastrainggris.2forum.biz/t84-pengertian-sosiolinguistik menyebutkan beberapa pengetriansosiolinguistik yaitu:
1. Sociolinguistyiek is de studie van tall en taalgebruik in de context van maatschapij en kultuur. Sosiolimguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan. (Rene appel, Gerad Hubert, Greus Meijer, 1976:10).
2. Sociolinguistiek is subdisiplin van de taalkunde , die bestudert welke social faktoren een rol nspelen in het taalgebruik er welke taal spelt in het social verkeer. Sosiolinguistik adalah subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial. (G.E. Booij, J.G. Kersten, dan H.J Verkuyl, 1975:139).
3. Sosiolinguistcs is the study of language operation, it’s purposeis to investigatehow the convention of the language use relate to other aspects of social behavior. (Sosiolinguistik adalah kajian bahasa dalam penggunaannya, dengan tujuan untuk meneliti bagaimana konveksi pemakaian bahasa berhubungan dengan aspek-aspek laindari timgkah laku sosial.) (C.Criper dan H.G.Widdowson dalam J.P.B Allen dan S.Piet Corder, 1975:156).
4. Sosiolinguistics is a developing subfield of linguistics which takes speech variation as it’s focus, viewing variation or it social context. Sociolinguistics is concerned with the correlation between such social factors and linguistics variation. (Sosiolinguistik adalah pengembangan subbidang yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa.) (Nancy Parrot Hickerson, 1980:81).


3) Pandangan sosiolinguistik terhadap bahasa:

Sosiolinguistik memandang bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi atau alat untuk menyampaikan pikiran. Karena, yang menjadi sorotan dalam soiolingistik adalah siapa yang berbicara, menggunakan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan apa tujuannya.
Pandangan sosiolingistik terhadap bahasa dapat dilihat dari fungsi-fungsi bahasa melalui sudut pandang penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan. Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal atau pribadi atau emotif. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Dilihat dari segi pendengar, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Finnochiaro (1974) dan Halliday (1973) menyebutnya fungsi instrumental, sementara Jakobson (1960) menyebutnya fungsi retorikal. Dalam hal ini, bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dimau si pembicara. Contohnya “Dilarang merokok di ruangan ber-AC.”

Dilihat dari segi kontak antara penutur dengan pendengar, bahasa berfungsi fatik. Jakobson (1960) dan Finnochiaro (1974) menyebutnya interpersonal, sedangkan Halliday (1973) menyebutnya interactional. Maksud dari fungsi ini adalah menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas sosial. Dalam hal ini, bahasa yang berfungsi fatik ini mempunyai ungkapan-ungkapan yang sudah berpola dan biasanya disertai dengan gerak paralinguistik seperti senyuman, anggukan kepala, geleng-geleng kepala, dan kedipan mata. Tujuannya tidak hanya memberikan informasi, tetapi membangun kontak sosial dengan para partisipan dalam pertuturan itu.

Fungsi bahasa dilihat dari segi topik ujaran ini berfungsi referensial. Finnocchiaro (1974) dan Halliday (1973) menyebutnya representational, sedangkan Jakobson (1960) menyebutnya fungsi kognitif, ada juga yang menyebutnya fungsi denotatif atau fungsi informatif. Fungsi referensial inilah yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana pendapat si penutur mengenai dunia di sekelilingnya. Contohnya “UPI adalah IKIP tertua di Indonesia.”
Fungsi bahasa apabila dilihat dari kode yang digunakan adalah berfungsi metalingual atau metalinguistik (Jakobson (1960) dan Finnocchiaro (1974)), artinya bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Fungsi bahasa lainnya dapat kita lihat dari segi amanat (pesan yang akan disampaikan), di mana bahasa berfungsi imajinatif, Halliday (1973) dan Finnocchiaro (1974) menyebutnya fungsi poetic speech. Wujud dari poetic speech ini berupa karya seni seperti puisi, cerita, dongeng, lelucon, dan sebagainya.
Kalau kita simpulkan, peranan sosiolingistik terhadap bahasa ini pada intinya menilai bahasa tidak sekadar alat untuk berkomunikasi atau menyampaikan gagasan, tetapi lebih jauh dan lebih kompleks dari itu. Sosiolingistik membuat kita tahu bahwa bahasa itu dinamis, tidak terpaku pada satu ukuran, tetapi harus melihat hal-hal lain yang berhubungan dengan bahasa itu, dalam hal ini adalah sisi sosialnya. Melalui sosiolingguistik, kita dapat memahami bahasa tidak dengan sudut pandang yang kaku. Contohnya adalah pandangan orang awam terhadap Bahasa Jawa Tegal. Kebanyakan orang awam itu menyatakan bahwa Bahasa Tegal adalah bahasa yang paling kasar, tidak mempunyai nilai keindahan, dan sebagainya. Akan tetapi, setelah saya tinjau dari sudut pandang sosiolinguistik, di mana letak geografis Tegal yang dekat dengan pantai. Orang pantai kalau berbicara cenderung agak teriak apabila dibandingkan dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan. Kekasaran Bahasa Jawa Tegal yang dinyatakan oleh orang kebanyakan itu mungkin dilihat dari logat dan bicaranya yang keras. Padahal hal itu salah satu penyebabnya adalah karena letak Tegal yang merupakan daerah pantai.

Dengan adanya sosiolinguistik, kita tidak bisa menghakimi bahasa dengan sesuka hati. Kita juga tidak bisa menilai atau menetapkan suatu bahasa itu kasar atau tidak, berestetik atau tidak, dan sebagainya. Dengan sosiolinguistik, kita menjadi menghargai keunikan tiap bahasa.

Sumber : robita.wordpress.com
Previous
Next Post »
0 Komentar

Terimakasih telah berkomentar