KUNJUNGI WEB SAYA

Ini Sejarah Hajar Aswad dan Ka'bah

Sebuah batu hitam yang disucikan oleh umat Islam, yang kabarnya merupakan batu dari surga, itulah Hajar aswad. Bagi orang yang berpkir negatif terhadap Islam, perlakuan umat Islam terhadap batu ini menjadi sasaran untuk menghina ajaran Islam. Islam dianggap menyembah batu, padahal mencium hajar aswad hanyalah semata-mata meniru apa yang dilakukan Rasul saw.Hajar Aswad yang menempel di sudut Ka’bah merupakan tanda dimana arah Thawaf dimulai dan berakhir. Thawaf yaitu kegiatan mengelilingi Ka’bah. Jadi awal Thawaf dimulai dan berakhir dari arah Hajar Aswad .

Jadi tak ada yang istimewa dari Hajar Aswad. Jika ada hadits yang menceritakan Nabi pernah Mencium Hajar Aswad, ini pun tak menjadikan Hajar Aswad sebagai barang keramat. Karena jika menjadi barang keramat dan wajib mencium, berapa waktu antrian yang dibutuhkan oleh hampir 2 jutaan jemaah haji. Belum lagi jika pada terinjak-injak jika berebutan.
Hajar aswad sebagaimana ka'bah telah melewati sejarah yang panjang selama ribuan tahun. Sejarah hajar aswad yang tercatat dimulai saat Ibrahim as diperintahkan Allah swt untuk membangun kembali ka'bah.

Sekembalinya dari Syam, Ibrahim diperintah Allah untuk membangun ka'bah. Ia memenuhi perintah itu dibantu putranya, Ismâ’il as. Saat hampir selesai mengerjakannya, Ibrâhim as merasa ada yang kurang pada Ka’bah. Kemudian ia memerintahkan putranya, “Pergilah engkau mencari sebuah batu lagi yang akan aku letakkan di Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.”

Ismâ’il as mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada Ismâ’il as dan memberinya sebuah batu yang cantik. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Ibrâhim as pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.
Kemudian Ibrâhim as bertanya pada putranya, “Dari mana kamu peroleh batu ini?” Ismâ’il as menjawab, “Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.” Ibrâhim as mencium batu itu lagi dan diikuti juga oleh Ismâ’il as.

Begitulah, sampai saat ini banyak yang berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu. Umar bin Khathab pernah menyampaikan bahwa Rasulullah saw sendiri pernah menciumnya. Saat Umar bin Khaththab berada di hadapan Hajar Aswad dan menciumnya ia berkata, “Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Saw menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.” [Hadits no 228 Kitab Sahih Muslim].

Karena sangat bersejarahnya, ada juga orang yang ingin mencuri Hajar Aswad. Di akhir bulan Muharram 1351 H, datanglah seorang laki-laki ke Ka’bah. Ia mencungkil Hajar Aswad, mencuri potongan kain Kiswah, dan membawa sepotong perak dari tangga Ka’bah. Untunglah, penjaga masjid mengetahuinya, laki-laki itu pun ditangkap dan dihukum. Tanggal 28 Rabi’ul Akhir tahun yang sama, dilakukan penempelan kembali bongkahan batu itu ke tempat asalnya.

Sebelumnya perekatan itu, dilakukan penelitian oleh para ahli mengenai bahan perekat yang digunakan. Akhirnya ditemukan perekat berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar.

Potongan batu hajar azwad bisa kita jumpai (selain di Makkah,kabah ), juga di jumpai di :
1.Potongan Hajar Aswad Makam Sulaiman di Masjid Sulaiman.
2.Potongan Hajar Aswad di Masjid Biru (Masjid Sultan Ahmed)
3.Potongan Hajar Aswad di Masjid Sokullu Mehmet Pasa Camii.

Periode Yang Dilalui
1850-1820 SM: Nabi Ibrahim meletakkan Hajar Aswad di Ka’bah, ketika membangun Ka’bah.
400 M: Amr bin Harits bin Madhadh al-Jurhum memasukkan ke dalam sumur Zamzam.
400 M: Qushay bin Kilab (kakek Rasul SAW yang kelima) meletakkan kembali ke tempatnya di Ka’bah.
606 M, terjadi kerusakan pada Ka’bah akibat banjir, dan Nabi Saw (Nabi saat itu belum diangkat menjadi Nabi) meletakan di tempat yang ada sekarang setelah terjadi perdebatan antarkabilah Quraisy.
180-an H, Abdullah bin Zubair memasang lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad.
7 Zulhijah 317 H: Abu Tahir Al Qarmuthi mencopot Hajar Aswad.
10 Dzulhijjah 339 H, Hajar Aswad berhasil dikembalikan ke tempatnya.
363 H, Hajar Aswad dipukul oleh seorang laki-laki dari Romawi, namtm ia tidak berhasil membawanya.
413 H, seorang laki-laki dari Bani Fatimiyyah, memecahkan Hajar Aswad.
990 H, seorang laki-laki asing memukul Hajar Aswad.
1268 H, Sultan Abdul Majid mengganti lingkaran perak dengan emas.
1293 H, Sultan Abdul Aziz mengganti lingkaran emas dengan perak.
Muharram 1351 H, seorang laki-laki dari Afghanistan mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah Ka’bah.
28 Rabiul Akhir 1351 H, Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman As-Saud merekatkan kembali Hajar Aswad yang telah pe cah dan memberinya lingkaran perak di sekelilingnya.

Riwayat Ka'bah

Ka'bah awalnya dibangun oleh Adam dan kemudian anak Adam, Syist, melanjutkannya. Saat terjadi banjir Nabi Nuh, Ka'bah ikut musnah dan Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun kembali. Al-Hafiz Imaduddin Ibnu Katsir mencatat riwayat itu berasal dari ahli kitab (Bani Israil), bukan dari Nabi Muhammad.

Ka'bah yang dibangun Ibrahim pernah rusak pada masa kekuasaan Kabilah Amaliq. Ka'bah dibangun kembali sesuai rancangan yang dibuat Ibrahim tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Saat dikuasai Kabilah Jurhum, Ka'bah juga mengalami kerusakan dan dibangun kembali dengan meninggikan fondasi. Pintu dibuat berdaun dua dan dikunci.

Di masa Qusai bin Kilab, Hajar Aswad sempat hilang diambil oleh anak-anak Mudhar bin Nizar dan ditanam di sebuah bukit. Qusai adalah orang pertama dari bangsa Quraisy yang mengelola Ka'bah selepas Nabi Ibrahim. Di masa Qusai ini, tinggi Ka'bah ditambah menjadi 25 hasta dan diberi atap. Setelah Hajar Aswad ditemukan, kemudian disimpan oleh Qusai, hingga masa Ka'bah dikuasai oleh Quraisy pada masa Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad membantu memasangkan Hajar Aswad itu pada tempat semestinya.

Dari masa Nabi Ibrahim hingga ke bangsa Quraisy terhitung ada 2.645 tahun. Pada masa Quraisy, ada perempuan yang membakar kemenyan untuk mengharumkan Ka'bah. Kiswah Ka'bah pun terbakar karenanya sehingga juga merusak bangunan Ka'bah. Kemudian, terjadi pula banjir yang juga menambah kerusakan Ka'bah. Peristiwa kebakaran ini yang diduga membuat warna Hajar Aswad yang semula putih permukaannya menjadi hitam.

Untuk membangun kembali Ka'bah, bangsa Quraisy membeli kayu bekas kapal yang terdampar di pelabuhan Jeddah, kapal milik bangsa Rum. Kayu kapal itu kemudian digunakan untuk atap Ka'bah dan tiga pilar Ka'bah. Pilar Ka'bah dari kayu kapal ini tercatat dipakai hingga 65 H. Potongan pilarnya tersimpan juga di museum.

Empat puluh sembilan tahun sepeninggal Nabi (yang wafat pada 632 Masehi atau tahun 11 Hijriah), Ka'bah juga terbakar. Kejadiannya saat tentara dari Syam menyerbu Makkah pada 681 Masehi, yaitu di masa penguasa Abdullah bin Az-Zubair, cucu Abu Bakar, yang berarti juga keponakan Aisyah.

Kebakaran pada masa ini mengakibatkan Hajar Aswad yang berdiameter 30 cm itu terpecah jadi tiga.

Untuk membangun kembali, seperti masa-masa sebelumnya, Ka'bah diruntuhkan terlebih dulu. Abdullah AzZubair membangun Ka'bah dengan dua pintu. Satu pintu dekat Hajar Aswad, satu pintu lagi dekat sudut Rukun Yamani, lurus dengan pintu dekat Hajar Aswad. Abdullah bin Az-Zubair memasang pecahan Hajar Aswad itu dengan diberi penahan perak. Yang terpasang sekarang adalah delapan pecahan kecil Hajar Aswad bercampur dengan bahan lilin, kasturi, dan ambar.
Jumlah pecahan Hajar Aswad diperkirakan mencapai 50 butir.

Pada 693 Masehi, Hajjaj bin Yusuf Ath-Taqafi berkirim surat ke Khalifah Abdul Malik bin Marwan (khalifah kelima dari Bani Umayyah yang mulai menjadi khalifah pada 692 Masehi), memberitahukan bahwa Abdullah bin Az-Zubair membuat dua pintu untuk Ka'bah dan memasukkan Hijir Ismail ke dalam bangunan Ka'bah.

Hajjaj ingin mengembalikan Ka'bah seperti di masa Quraisy; satu pintu dan Hijir Ismail berada di luar bangunan Ka'bah. Maka, oleh Hajjaj, pintu kedua--yang berada di sebelah barat dekat Rukun Yamani--ditutup kembali dan Hijir Ismail dikembalikan seperti semula, yakni berada di luar bangunan Ka'bah.

Akan tetapi, Khalifah Abdul Malik belakangan menyesal setelah mengetahui Ka'bah di masa Abdullah bin AzZubair dibangun berdasarkan hadis riwayat Aisyah. Di masa berikutnya, Khalifah Harun Al-Rasyid hendak mengembalikan bangunan Ka'bah serupa dengan yang dibangun Abdullah bin Az-Zubair karena sesuai dengan keinginan Nabi.

Namun, Imam Malik menasihatinya agar tidak menjadikan Ka'bah sebagai bangunan yang selalu diubah sesuai kehendak setiap pemimpin. Jika itu terjadi, menurut Imam Malik, akan hilang kehebatannya di hati kaum Mukmin.

Pada 1630 Masehi, Ka'bah rusak akibat diterjang banjir. Sultan Murad Khan IV membangun kembali, sesuai bangunan Hajjaj bin Yusuf hingga bertahan 400 tahun lamanya pada masa pemerintahan Sultan Abdul Abdul Aziz. Sultan inilah yang memulai proyek pertama pelebaran Masjidil Haram.

Sumber : Islamic Center Prancis
Previous
Next Post »
0 Komentar

Terimakasih telah berkomentar