KUNJUNGI WEB SAYA

Bukan Ratu Tetapi Atut Chosiyah yang senang korupsi

Korupsinya itu didukung oleh Rakyatnya sendiri yakni Provinsi Banten. Seharusnya Publik dan media berjasa besar dalam membongkar korupsi di Banten yang menahun. Skandal korupsi itu dibabat oleh media Jakarta dan kaum madani di berbagai penjuru untuk menyelamatkan rakyat Banten dari angkara murka Dinasti Atut yang diduga mengorupsi uang negara dalam APBD Banten. Tetapi saya pikir ini akan hilang berita begitu saja, karena mereka jika sudah di jejali uang sama antek-anteknya atut chosiyah, mereka akan diem. Itulah INDONESIA.

Semakin hancur, parah, dan binasa Negara ini apalagi orang yang suka Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ini didukung Oleh Rakyatnya sendiri, makan aja tuh pada miskin. Orang mereka mendukungnya untuk menjadikan Atut Chosiyah Gubernur mereka toh.... Seharusnya masyarakat yang seperti ini jangan di kasihani, apa dikasihani ? orang mereka (Rakyat Banten) sendiri yang salah, di kasih uang 50rb ataupun 100rb untuk coblos Atut Chosiyah langsung mau, Nah Lho Siapa yang salah ? Atut Chosiyah atau Rakyat Banten ? pikirkan oleh anda sendiri, jika ada manjawab seperti ini : saya tidak menerima uang itu dari Atut Chosiyah? anda termasuk golongan Bodoh atau Munafik, pilih saja salah satunya, Bodoh atau Munafik ?

Sampai Kapan Masyarakat Banten Akan Menutup Mata dan Telinga Mereka ?

Bahkan ICW melaporkan  dugaan korupsi dalam pengadaan peralatan kesehatan di Tangerang Selatan, Banten, diharapkan menjadi pembuka dugaan korupsi yang lebih besar di Banten. Karenanya, Indonesia Corruption Watch meminta Komisi Pemberantasan Korupsi tak berhenti pada kasus alat kesehatan itu saja.
"Korupsi di Banten cukup luas tidak hanya di bidang kesehatan, tapi juga di bidang pendidikan, infrastruktur, dan lain-lain," kata Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW, Firdaus Ilyas, Kamis (14/11/2013).

Mengutip audit Badan Pemeriksaan Keuangan, ICW menemukan dugaan markup anggaran pengadaan alat kesehatan senilai Rp 12,3 miliar di Tangerang Selatan. Angka itu didapat dari penghitungan selisih harga perkiraan sementara senilai Rp 86,3 miliar dengan HPS yang sudah digelembungkan senilai Rp 98,7 miliar.
Firdaus mengatakan bahwa ICW mengidentifikasi setidaknya enam perusahaan rekanan yang diduga terkait dengan kroni Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Keenam perusahaan itu, sebut dia, adalah PT Adca Mandiri, CV Bina Sadaya, PT Mikkindo Adiguna Pratama, PT Marbago Duta Persada, CV Radefa, dan PT Dini Usaha Mandiri. "Semua perusahaan itu terindikasi merugikan keuangan negara senilai Rp 8,3 miliar," katanya. kasus korupsi yang dilakukan oleh Wawan berawal dari penangkapan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar (AM) pada Selasa (3/13) membawa semua keluarga dalam masalah korupsi. Bukti kehancuran seperti kasus korupsi yang bersangkutan degan Wawan membuat semua keluarga terseret. Dinasti kekuasaan Atut memang sudah terjadi sejak kekuasaan Chasan Sochib yang dinobatkan sebagai jawara Banten, dan banyak orang yang menyegani Chasan Sochib. Terutama media banten yang sampai saat ini tidak berani membeberkan kasus yang terjadi di Banten.

Bagaimana peran serta media massa di Banten? media massa atau pun media yang lainya mempunyai peran dalam kehidupan masyarakat yang hubuganya degan aktifitas kehidupan sehari –hari. Hampir semua kegiatan mempunyai hubungan degan media, dan media lah yang mempublikasikan.

Media itu sendiri sebagai alat komunikasi atau menginformasikan suatu kejadian yang penting dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Banyak kasus yang dimuat di media, seperti kaus pembunuhan, kasus pelecehan seksual dan kaus korupsi yang saat ini sedang hangat di bicarakan oleh semua masyarakat, terutama kaus korupsi di Banten yang dibicarakan oleh masyarat banten.

Media yang seharusnya mempunyai fungsi yang efektif dalam menyampaikan informasi, saat ini media dikuasai oleh kepentigan politik, media di Banten saja jarang membahas kejelekan keluarga besar Chasan Sochib. Dikarenakan ada ketakutan.  Dikutip dari tabloid Kisah Nyata edisi 481/24/30 Oktober 2013 pada tahun 1976 Chasan Sochib ikut degan Gabungan Pelaksanaan Kontruksi Nasional ( Gapensi ). Secara kebetulan, Chasan diangkat sebagai ketuanya. Tak puas menjadi Ketua Gapensi Serang, Chasan Sochib kemudian merebut kepemimpinan Kamar Dagang dan Industri ( Kadin ) Perwakilan Banten. Prosedurnya memang degan pemilihan, tapi proses menuju kesana, konon menggunakan cara-cara ancaman dan kekerasan.

Kembali dikutip dari Tabloid Kisah Nyata, Pada masa Ode Baru mulai digoyang banyak elemen masyarakat , Chasn Sochib yang tetap  bersihkukuh membela Orde Baru, rela mengirim jawara-jawara Banten ke Jakarta untuk membantu ABRI mengatasi aksi demostran. Tapi sewaktu Soeharto tumbang, dia malah beralih mendukung tokoh-tokoh reformasi. Bahkan dialah orang Banten yang paling membenarkan pelengseran Soeharto dan kroni-kroninya. Meskipun perubahan sikap yang ada pada chasan sochib ini dinilai banyak pihak sebagai sosok yang tak punya pendirian alias plin-plan, tapi tak satupun yang berani memprotes. Hal itu dikarenakan, Chasan suka melakukan cara-cara kekerasan. Dia tak segan-segan orang-orang yang dianggap menentangnya.

Bukti lain dari Tabloid Kisah Nyata adalah menurut Haji Abdul Thalib, 70 tahun, mantan jawara Banten, bahwa masyarakat Banten tidak memandang harta dan uang kepada semua pasangan calon. Umumnya masyarakat Banten melihat siapa yang ada dibelakang setiap pasangan calon gubernur. “tapi masyarakat pada segan dan takut kepada ayah Atut,” ujar Haji Abdul Thalib saat ditemui Minggu (13/10). Belum lagi beredarnya kabar tentang adanya beberapa tokoh sakti yang berada dibelakang  Ratu Atut. Haji Tholib juga menerangkan bahwa ilmu hitam dan jawaralah yang amat ditakuti oleh masyarakat.

Dua hal itu yang membuat keder ,takut masyarakat Banten. Semua tahu bahwa Banten adalah salah satu daerah yang terkenal degan ilmu hitamnya. Masih dalam Tabloid Kisah Nyata ,Itu juga yang membuat masyarakat Banten berpikir ulang apabila tidak memilih salah satu pasangan calon gubernur dimana belakangnya terdapat nama-nama jawara atau orang yang memiliki ilmu (dukun).

Chasan Sochib, tidak puas degan kekuasaan proyek yang dibagun sejak awal 1960-an, yaitu perusahaan Cv. Sinar Ciomas. Menurut Tabloid Kisah Nyata edisi 481/24/30 Oktober 2013 setelah sukses Chasan Sochib mengubah setatus Cv menjadi PT, saat itu PT miliknya diberi nama PT. Sinar Ciomas Raya Kontraktor, yang didirikan tahun 1980.

Dalam Tabloid Kisah Nyata yang sama, sewaktu banten menjadi provinsi, dan akan diangkat gubernur dan wakil gubernur yang definitif  untuk menggantikan Pelaksanaan Tugas Gubernur Banten, Hamuddin Djamal, Chasan Sochib berniat mencalonkan dirinya. Tapi karena terjangal syarat pendidikan formal, akhirnya niat itu diurungkan. Sebagai gantinya , dia mencalonkan Ir. Djoko Munandar, yang waktu itu masih menjadi Wakil Walikota Cilegon, untuk menjadi Gubernur Banten. Semntara Wakil Gubernurnya, Chasan meencalonkan putrinya, Ratu Atut Chosiyah. Selanjutnya dalam Tabloid Kisah Nyata edisi 481/24/30 Oktober 2013, konon atas kekuasan juga, Chasan berhasil menjadikan Ir. Djoko Munandar dan Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten dan Wakil Gubernur Banten. Termasuk saat Ir. Djoko Munandar ditangkap KPK atas dugaan korupsi, hingga jabatan pelaksanaan tugas (plt)  gubernur diisi oleh Ratu Atut, Juga disebut-sebut karena pengaruh Chasan Sochib. Dialah yang mengatur semua itu.

Media memang memberitakan tetapi tidak begitu lama akan hilang degan pencitraan dalam media, terutama media yang  sudah keluarga Atut kuasai.Dimana peran serta media?  jika memang media itu tidak siap untuk membongkar kasus – kasus di Banten terutama kasus korupsi yang sudah lama membuat gerah masyarakat Banten. Seperti kasus masyarakat yang sudah tahu bertahun- tahun kebusukan keluarga Chasan Sochib tentang korupsi dan kasus kontaktor yang dibuat oleh Chasan Sochib, tidak ada yang berani untuk mengulas dan membeberkan hal tersebut kepada pihak yang berwajib.

Menurut saya masyarakat belum paham  tentang  Literasi Media, masyarakat belum paham akan cerdas memilih sebuah tayangan dalam televisi. Dan belum bisa membedakan mana hal yang berpolitik atau kekuasaan dalam sebuah media, mana tayangan kepentigan masyarakat. Yang Saat itu memang belum semua masyarakat tahu tentang kekuasaan Atut yang menyatukan kekuasan politik degan keukasaan berbisnis, saat ini anggota dinasti mulai berurusan degan masalah hukum satu persatu terseret oleh KPK.

Satu upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat, masyarakat bisa melakukan persatuan warga Banten termasuk sipil yang mengetahui kasus tersebut, mahasiswa dan para ormas yang mendukung untuk menarik Atut ke penjara dan mempertanggung jawabkan semua kebohogan. Sedikit demi sedikit masyarakat harus bersatu dalam penuntasan kasus walaupun  saya rasa masih banyak warga yang memihak Atut karena masih takut degan ancama-ancamanya. Masih banyak jawara-jawara dan yang sehrusnya ikut membela mensejahterkan msayarakat malah mereka memihak Atut.


Semoga Artikel Yang Tidak Berguna ini Dapat Bermanfaat bagi Kalian.

Previous
Next Post »
0 Komentar

Terimakasih telah berkomentar